Telaga terlihat abu-abu dari atas sini. Kulihat padang rerumput menari mengikuti irama kesenduan. Nun jauh di sana pula kuperhatikan hijau pepohonan menambah indah realif muka bumi.
Di ketinggian yang mencapai hampir 500 meter dari permukaan laut, aku menapaki batu terbentang indah, tersusun acak. Adapun batu paling besar membentuk sebuah bukit di sekelilingnya, dikata tumbuh pohon kandis dan semak belukar. Orang menyebutnya sebagai bukit kandis.
Namun aku menyanggahnya karena sekalipun tumbuh pepohonan kandis di atas bebatuan yang besar, itu belum layak disebut bukit kandis karena ekosistem pohon kandisnya sendiri sudah mulai berkurang.
Ya, menurutku, lebih pas jika kunamakan batu besar ini sebagai bukit terbelah. Memang realistis jika sebutan itu harus segera ditanamkan.
Dari hamparan bebatuan yang jadi objek tambang batu gunung oleh masyarakat sekitar, tak sedikit batu ini akan diratakan sebagai sumber kebutuhan hidup.
Notabene masyarakat yang hidup di dataran tinggi menggantungkan hidupnya pada hutan produksi. Pun masyarakat Bengkulu tengah yang bersebrangan dengan bukit barisan. Begitu melihat batuan gunung yang memiliki potensi sumber daya alam, maka mereka menggali dan meruntuhkannya.