Berita Ekonomi, Bisnis, Hiburan dan Wisata Indonesia Terbaru dan Terpopuler.

Mengenal Tradisi Nujuh Likur di Bengkulu Selatan

WhatsApp Image 2022 04 29 at 00.29.25 1024x576
WhatsApp Image 2022 04 29 at 00.29.25 1024x576

Bengkulu : Tradisi malam Tujuh Likur merupakan budaya yang berlaku di masyarakat serawai di Kabupaten Bengkulu Selatan. Tujuh Likur dilaksanakan ketika memasuki  malam ke 27 Ramadhan, yang ditandai dengan pelaksanaan kegiatan membakar “lanjaran”  didepan rumah.

Lanjaran yang merupakan tempurung kelapa (“sayak” dalam bahasa serawai) yang disusun secara vertikal di pancang kayu yang ditancapkan di tanah dan dibakar pada malam ke 27 ramadhan. Tradisi turun temurun di masyarakat Bengkulu Selatan ini dimaknai sebagai wujud rasa syukur masyarakat muslim Bengkulu Selatan karena telah dapat melaksanakan ibadah pada bulan ramadhan, dan ungkapan rasa gembira menyambut datangnya Hari Raya (“rerayaw” dalam bahasa serawai).

Makna Simbol dari Tradisi Malam Nujuh Likur yakni menggambarkan pada malam kedua puluh tujuh itu kemungkinan turunnya malam penuh rahmat  yang didamba setiap orang yang beriman, yaitu malam Lailatul Qadar. Masyarakat muslim Bengkulu Selatan pada malam tersebut juga akan menyediakan beragam makanan seperti lemang dan tapai. Malam Nujuh Likur juga sebagai sarana untuk mempererat tali persaudaraan yang ditunjukkan dengan saling bertukar dan berbagi makanan kepada sanak saudara dan Bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.

Pada masanya dulu tradisi nujuh likur di masyarakat Bengkulu Selatan dilakukan oleh anak anak yang akan mengumpulkan tempurung/batok kelapa/sayak yang biasanya dikumpulkan pada jauh-jauh hari sebelum malam nujuh likur, jauh hari sayak harus dikeringkan terlebih dahulu dengan cara dijemur agar mudah terbakar dan di lubangi tengahnya untuk disusun di pancang kayu lanjaran.

Pada saat akan dibakar, di permukaan lanjaran yang paling atas akan disiram minyak tanah atau getah damar untuk mempermudah proses pembakaran. Lanjaran yang akan dibakar ini jumlahnya tak hanya satu. Jumlahnya bisa semakin banyak, tergantung dari sayak yang berhasil dikumpulkan.

Kemeriahan malam nujuhlikur akan sangat terasa dengan banyaknya lanjaran yang menerangi jalan jalan kampung di Bengkulu Selatan.

Namun seiring perkembangan zaman tradisi dan kearifan local ini kian lama kian menghilang di Bumi Sekudang Setungguan ini, Anak anak pada zaman sekarang sudah jarang melakukan kegiatan mencari sayak untuk dibuatkan lanjaran, kebanyakan dari mereka sekarang akan lebih disibukkan dengan gadget. Dan pada malam nujuh likur banyak dari anak anak akan lebih memilih bermain mercon yang akan sangat mudah didapat dan dijual di pasar.

Oleh sebab itu, demi memunculkan dan memperkenalkan kembali tradisi dan kearifan local di Bengkulu Selatan ini, Pemerintah Kabupaten Bengkulu Selatan pada ramadhan tahun ini merencanakan untuk menyemarakkan kembali tradisi “Lanjaran”. Setiap OPD diinstruksikan untuk menyiapkan paling sedikit 10 batang lanjaran untuk dibakar bersama pada malam 27 ramadhan yang jatuh pada malam jumat 28 April 2022. Direncanakan kegiatan membakar lanjaran ini akan dilaksakan di lapangan sekundang manna, khusus untuk kecamatan dihimbau untuk dilaksanakan di wilayah kecamatan masing-masing.

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *