Berita Ekonomi, Bisnis, Hiburan dan Wisata Indonesia Terbaru dan Terpopuler.
Religi  

Mengenal Syekh Abdul Qadir Al-Jailani: Sang “Sulthonul Auliya”

Syeh20Abdul20Qodir20Ilustrasi
Syeh20Abdul20Qodir20Ilustrasi


Bengkulu –
Bagi para pengikut tarekat, nama Syekh Abdul Qadir Al-Jailani tentu sudah tidak asing lagi. Beliau merupakan seorang waliyullah masyhur yang dijuluki “Sulthonul Auliya” atau raja para wali. Sosoknya yang penuh karomah dan ajarannya yang luhur telah menginspirasi banyak orang di seluruh dunia.

Kelahiran dan Tanda-tanda Kewalian

Syekh Abdul Qadir dilahirkan di Gilan, Persia, pada malam pertama Ramadhan tahun 470 H (1078 M). Sejak lahir, beliau telah menunjukkan berbagai tanda-tanda kewalian yang luar biasa. Diriwayatkan dalam kitab Al-Fawaid al-Mukhtarah karya Habib Ali Hasan Baharun bahwa beberapa karamah yang menyertai kelahirannya antara lain:

  • Mimpi yang dialami sang ayah, Abu Shalih Musa Janaki, di mana Rasulullah SAW beserta para sahabat dan imam mujtahid datang dan menyampaikan kabar gembira tentang kelahiran seorang anak laki-laki yang mulia.
  • Kabar gembira dari para nabi lainnya yang juga menyampaikan tentang kelahiran Sulthanul Auliya dan bahwa semua wali dan imam berada di bawah putranya.
  • Kelahiran 1.100 bayi laki-laki di Jailan pada malam kelahiran Syekh Abdul Qadir, yang semuanya menjadi wali pengiring kewalian beliau.
  • Syekh Abdul Qadir yang tidak mau menyusu kepada ibunya pada siang hari di bulan Ramadhan, melainkan hanya pada waktu berbuka puasa, menunjukkan bahwa beliau telah menjalankan puasa sejak bayi.
  • Bekas telapak kaki Rasulullah SAW di pundak Syekh Abdul Qadir, yang dipercaya sebagai bekas saat Rasulullah SAW naik Buraq pada peristiwa Isra’ Mi’raj.
  • Cahaya terang yang memancar saat kelahirannya, sehingga orang-orang tidak mampu menatapnya.
  • Usia ibu Syekh Abdul Qadir yang saat itu sudah 60 tahun, merupakan hal yang luar biasa dan jarang terjadi.

Kehidupan dan Ajaran

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dikenal sebagai seorang ulama fiqih bermazhab Hanbali, sufi terkemuka, dan pendiri tarekat Qadiriyah. Beliau menghabiskan sebagian besar hidupnya di Baghdad, Irak, di mana beliau mengajar dan membimbing murid-muridnya. Ajarannya yang menekankan pada cinta kepada Allah, tasawuf praktis, dan pengabdian kepada umat manusia telah menarik banyak pengikut dari berbagai kalangan.

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani wafat di Baghdad pada tanggal 10 Muharram 571 H (1175 M) dalam usia 91 tahun. Makamnya di Baghdad hingga kini menjadi tempat ziarah yang ramai dikunjungi oleh para peziarah dari seluruh dunia.

Warisan

Syekh Abdul Qadir Al-Jailani meninggalkan warisan yang sangat besar bagi dunia Islam. Ajarannya yang luhur dan kisah hidupnya yang penuh karomah terus menginspirasi dan membimbing umat manusia hingga saat ini. Beliau dianggap sebagai salah satu sufi paling penting dan berpengaruh dalam sejarah Islam, dan tarekat Qadiriyah yang didirikannya telah menyebar ke seluruh penjuru dunia. 

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *