Bengkulu : Universitas Islam Negeri Fatmawati (UINFAS) bersama dengan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) dan Jawara Internet Sehat mengadakan Workshop Digital of Information dengan tema “Kata, Data, Fakta” di Gedung Serba Guna UIN Fatmawati Bengkulu, Minggu (23/10).
Rektor UINFAS Bengkulu, Zulkarnain melalui Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Tadris, Adi Saputra mengatakan, melalui workshop ini, diharapkan mahasiswa dapat mengedepankan fakta dalam setiap menerima informasi dari internet.
Menurutnya banyak informasi beredar di internet baik itu melalui media sosial maupun website. Informasi tersebut terkadang bukanlah sebuah informasi yang benar. Bahkan terkadang menyesatkan dan masuk kategori berita bohong atau hoaks.
“Informasi perlu diuji terlebih dahulu sebelum diambil dan disebarkan, karena bisa jadi itu adalah informasi yang menyesatkan dan bohong,” kata Adi, Minggu (23/10).
Untuk menguji informasi tersebut benar atau bohong diperlukan referensi baik itu dari media terpercaya maupun dari data dan fakta yang dapat diperoleh dari lembaga resmi. Sehingga informasi yang diperoleh tidak menyesatkan atau bohong.
“Kita harus mengedepankan fakta, uji informasi dari media terpercaya atau rilis dari lembaga resmi,” ujarnya.
Dengan mengedepankan fakta, maka informasi yang diterima akan menjadi benar. Sehingga terhindar dari informasi yang menyesatkan dan hoaks.
“Makanya kita harap melalui kegiatan ini, mahasiswa bisa semakin mengedepankan fakta setiap menerima informasi dari internet,” tutupnya.
Sementara itu, Demon Fajri selaku narasumber dari AJI Bengkulu menjelaskan perkembangan teknologi yang sangat pesat juga membuat masifnya persebaran informasi hoaks. Namun hal itu tidak dibarengi dengan kemampuan mengidentifikasi mis-dis informasi dan berita palsu.
Sementara literasi digital merupakan salah satu cara untuk memerangi hoaks, karena dengan literasi digital membantu untuk berpikir kritis dan cakap dalam menggunakan media digital.
“Kemampuan ini tidak hanya dimiliki teman-teman jurnalis tapi juga akademisi,” kata Demon.
Nantinya, kata dia, pelatihan bagi akademisi ini bermanfaat untuk memperluas kemampuan literasi digital secara luas.
“Akademisi, dalam hal ini termasuk dosen, mempunyai peran penting menyebarkan kemampuan literasi kepada masyarakat sebagai gerakan melawan hoaks,” tukasnya.