Oleh: M. Bisri Mustofa
– Pengertian Kontamiasi
Kontaminasi memiliki 2 arti. Kontaminasi adalah sebuah homonimkarena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Kontaminasi memiliki arti dalam bidang ilmu linguistik. Kontaminasi memiliki arti dalam kelas nominaatau kata benda sehingga kontaminasi dapat menyatakan nama dari seseorang, tempat, atau semua benda dan segala yang dibendakan.
Kontaminasi adalah suatu kondisi terjadinya percampuran/ pencemaran terhadap sesuatu oleh unsur lain yang memberikan efek tertentu, biasanya berdampak buruk.
– Latar Belakang Terjadinya Kontaminasi
Kontaminasi merupakan sebuah suku kata yang cukup ditakuti. Pada masa ini, kontaminasi lebih mendominasi kepada ranah pergaulan.
Kenapa tidak lebih enak dipakai kepada makanan? Karena makanan lebh cocok bila disebut dengan frasa ‘tercemar’, begitupun pemakaian dasar dengan kata limbah atau proses bercampurnya dua unsur benda pun efek yang berakibat keduanya saling silang dan bertolak belakang sehingga tidak layak guna.
Menurut maknanya, keduanya adalah sama hanya saja penggunaan kata kontaminasi lebih pas dipakai dalam lingkup sosial dan pergaulan.
Pada saat ini, kontaminasi sosial adalah kecenderungan manusia untuk bisa fokus kepada satu arah atau titik yang sedang didalami. Kontaminasinya sendiri merupakan kata sikap, bukan sifat. Maka yang menimbulkan sebuah sikap terkontaminasi akan menghasilkan pola kerja yang berakibat pada penurunan kapasitas maupun intensitas daya kerja.
Hal tersebut patut ditakuti pada skala belajar dan proses pengembangan seseorang dalam menaikan kapasitas diriya.
Orang yang sudah terkontaminasi bakal mengalami hal-hal yang membawanya keluar target.
Bisa dicontohkan, orang yang belajar dengan giat dan semangat tinggi, terkontaminasi kegiatan yang bersifat membuang waktu (misal bermain game, organisasi, nonton tv, bersosmed, dll) akan menghasilkan sikap malas dan bertele-tele mencapai tujuannya. Dampaknya tidak hanya sampai kepada hasil dan sikapnya saja, melainkan juga akan berdampak pada niat awal dan tujuannya.
Dalam dunia pekerjaan, seseorang akan mudah terkontaminasi dengan hal-hal yang didominasi oleh kapasitas dan prasarana kerja. Ada dua golonan orang dalam ranah ini. Ketika ia tercukupi dengan sarana dan alat pekerjaan lengkap (misal wifi//membuka youtube dan bersosmed ria, komputer canggih//bermain game dans sebagainya, kendaraan kerja//jalan-jalan tidak jelas, ruangan yang mewah//tidur dan santai), orang tersebut akan terkontaminasi dengan kemajuan dan lingkungan yang mewah yang berakibat pada kemalasan.
Begitu juga dengan orang yang tidak memiliki fasilitas kerja lengkap atau seadanya, otomatis orang tersebut akan terkontaminasi dengan hal yang berbau ‘minder’, malas-malasan bekerja alias seadanya, dan berlaku kufur.
– Ragam Kontaminasi
Istilah lain yang semakna artinya dengan kontaminasi adalah kerancuan dan kekacauan.
Objek yang terkontaminasi sudah jelas tidak akan lagi mengindahkan polemik nawaitu, karena ada kaiah-kaidah kekacauan yang dihasilkan dari usur instrinsik maupun ekstrinsik.
Tidak seperti halnya unsur pembangun dalam sastra yang berakibat sastra itu sendiri menjadi indah dan enak dinikmati, kontaminasi pola maupun sikap dalam sosial sudah barang tentu menjadikan pelaku membawa hal negatif kepada objek lain kearah kekacauan.
Oleh karena itu, kontaminasi sosial bisa diklasifikasikan dengan Kontaminasi kalimat (yang berakibat tutur kata menjadi beringas dan mudah mengecewakan dengan tindak lisannya), Kontaminasi Prilaku (yang berakibat sikap dan tingkah laku berubah negatif), dan Kontaminasi Pola Pikir (yang berakibat hilangnya kesadaran dan percaya diri bahkan sampai pada tindakan pencucian otak).
Dari ketiga bentuk kontaminasi yang sama-sama membuat kekacauan dan kerancuan, maka yang patut diwaspadai dalam tindak dan sikap dalam bersosial dan profesi adalah Kontaminasi Pola Pikir. Hal tersebut adalah hal yang paling rawan dan paling paten dalam perubahan karakteristik seseorang sehingga kedepannya, korban kontaminasi akan kehilangan jati diri maupun arah.
– Kontaminasi Proteksi
Kontaminasi proteksi yaitu hal-hal yang berkaitan dengan pencegahan dan batasan-batasan menangkis diri dari polemik kontaminasi sosial dan tingkah laku.
Poin-poin yang perlu diperhatikan dalam pencegahan adalah sebagai berikut;
· Batasan Lingkungan
Bisa dikatakan hal yang paling berperan dalam membatasi diri dari proses kontaminasi yakni dengan menghindari segala euforia dan lingkungan yang sudah terkontaminasi sebelumnya.
Ada banyak penyebab lingkungan bisa dikatakan sudah tercemar, yaitu berdasarkan situasi dan penempatan diri. Kita, seorang penulis tidak bisa menempatkan diri di tengah-tegah masyarakat yang berlaku lain dari keseharian dan kebiasaan yang bersikap intelek dan keheningan. Atau dalam hal ini bisa dikatakan dengan lingkungan ramai yang tidak sesuai dengan konsentrasi tinggi dalam membuat kesederhanaan dalam mengkaji dan penyusunan kata.
· Batasan Kemauan
Kita yang berkemauan tinggi, jangan pernah sekalipun bergaul dengan orang yang mempunyai daya laku ‘slengekan’. Hasilnya sudah pasti dapat ditebak. Antara terkontaminasi dengan mengontaminasi. Namun banyak sedikitnya, kitalah yang bakal terkontamiasi dengan sikap tersebut
· Batasan Masa
Masa milenial saat ini adalah penyebab banyaknya terjadi kekacauan karakter seseorang pada pemilahan fashion dan kuantitas pola pikir. Banyaknya hal yang kekinian akan berdampak pada kesenjangan sosial yang menuntut seseorang untuk bisa mengikuti alur maupun brsikap lebih dari orang lain. Pemenuhan kebutuhan pribadi, sampai dengan kebutuhan yang siatnya tidak terlalu berguna namun cukup menambah kepercayaan diri di luar lingkungan. Hasilnya sikap tersebut adalah ‘kemubadziran’.
– Filosofi Simpul
‘Fokus, fokus, dan fokus’, adalah satu bentuk penyegaran diri dari tindak kontaminasi. Siapapun yang berlaku fokus terhadap sesuatu yang dikerjakannya, maka sikap dan ras kontaminasi apapun akan sukar menghancurkan karakteristik seseorang.
Tidak lebih dari muhasabah diri, fokus merupakan bentuk antisipasi diri agar tidak lekas terjatuh dalam ruang-ruang ‘kekacauan’. Orang yang selalu senantiasa ber-fokus, akan melahirkan sikap dan pendirian yang melebihi diksi ‘benteng’ yang kuat.
Bijaksana maupun bijaksini, juga dapat mencapai cakupan diri dalam memerangi kontaminasi basis sosial. Orang yang bijaksana dalam melangkah dan mengambil keputusan baik-buruknya sesuatu, tidak akan tersentuh oleh macam-macam kontaminasi.
Pun sikap bersyukur adalah salah satu bentuk tolak ukur dalam mengkaji dan meng-upgrade diri sehingga batasan-batasan dalam menaikkan derajat kuatitas tidak berlaku dalam kata kontaminasi.
Orang yang sudah memiliki tiga karakter di atas, tidak akan mudah terpengaruh oleh kontaminasi bentuk apapun. Kecuali ia memang bukan benda lunak yang dapat menepi pada sisi baik kehidupan. Sehingga kerasnya bentuk kontaminasi bisa diantisipasi oleh ketiga karakter tersebut.