Bengkulu – Keberadaan hutan mangrove di wilayah pesisir pantai selama ini dikenal dengan manfaat mencegah terjadinya bencana kelautan seperti abrasi dan pemecah ombak tsunami. Namun di Provinsi Bengkulu, hutan mangrove membawa manfaat ekonomi terbaharukan.
Bagaimana tidak, sejumlah komunitas lingkungan yang tergabung dalam Lestari Alam Laut Untuk Negeri atau Latun Bengkulu menjajal sejumlah inovasi kuliner berbahan dasar tanaman mangrove.
Direktur Latun Bengkulu, Ari Anggoro mengatakan pembuatan kuliner berupa teh mangrove, sirup mangrove dan keripik mangrove tercetus dari ide kreatif pengembangan eko eduwisata di Kampung Jenggalu Kito Kota Bengkulu.
Dengan banyaknya pembibitan tanaman mangrove, Ari dan kawan-kawan mencoba memberikan kebermanfaatan lain selain memitigasi bencana alam.
Terlebih dengan banyaknya masyarakat di sekitar wilayah konservasi, membuat mereka nekat untuk mengubah tanaman pencakar ombak menjadi bahan kuliner berkhasiat tinggi.
Teh dari paduan batang mangrove muda ini sendiri dibuat dari mangrove jenis Jeruju dengan nama brand Jemang Tea atau Jenggalu Mangrove Tea.
Uji kelayakan konsumsi juga telah melalui penelitian dan pemeriksaan Universitas Dipenogoro bekerjasama dengan lembaga riset kampus di Bengkulu pada tahun 2015 dan hasilnya teh ini berkhasiat untuk kesehatan.
“Ternyata mangrove memiliki nilai herbal seperti menyembuhkan penyakit demam, keputihan, luka, koreng, bisul, maag, hipertensi dan banyak lagi,” kata Ari.
Sekitar seratusan kepala keluarga yang terdiri dari ibu-ibu diajak mengolah teh mangrove ini sebagai pelengkap wisata berbasis konservasi lingkungan.
Teh dari batang muda mangrove, yang diolah dengan pemilihan batang muda lalu diiris kecil-kecil dan kemudian dijemur hingga dibungkus dalam saset dapat menjadi teh tumbruk dan celup dengan nilai jual Rp10 ribu.
Sehingga bila dikalkulasikan dalam jumlah seratusan pengunjung yang mengkonsumsi teh mangrove perharinya, komplek Kampung Jenggalu Kito akan mendapatkan omset sekira Rp333 ribuan dari hanya minum teh.
“Ini sangat potensial bagi keberlangsungan perekonomian masyarakat setempat selain dari melaut,” ungkap Ari.
Minum 1000 Gelas Teh Mangrove Raih Rekor MURI
Usia diluncurkan pada Senin (15/8/2022), Komunitas Latun Bengkulu langsung mengajak sejumlah komunitas mitra lainnya untuk menjajal 1.000 gelas minuman teh mangrove.
Gerakan minum 1.000 gelas teh mangrove yang disaksikan Direktur Operasional Museum Rekor Indonesia (MURI), Yusuf Ngadri akhirnya meraih penghargaan Rekor MURI.
Yusuf mengatakan, ini merupakan yang pertama digelar di Indonesia dengan sajian minum teh mangrove terbanyak.
Dengan pemberian rekor MURI ini dapat sebagai kampanye konservasi mangrove yang memiliki fungsi ekologis serta ekonomis yang berdampingan.
“Selamat pada komunitas mangrove yang telah berhasil memecahkan rekor MURI ini. Ini juga merupakan suatu pelopor di mana Kampung Jenggalu Kito bersama Latun membuat ramuan teh dari mangrove dari hasil budidaya hutan mangrove,” ucap Yusuf. (Mb/LyfeBengkulu)