Berita Ekonomi, Bisnis, Hiburan dan Wisata Indonesia Terbaru dan Terpopuler.

Harga TBS Sawit Murah, Mungkinkah Buat Pabrik Pengolahan Mandiri

12
12

Bengkulu – Belakangan ini kondisi perekonomian negara tengah di terpa oleh sentimen perang yang berdampak pada pelemahan ekonomi global.

Alhasil sejumlah sektor perdagangan besar terdampak sangat parah dan tidak menentu kapan titik akhir dari kebangkitan ekonomi ini dituju. Sektor pertanian kelapa sawit salah satunya. 

Para petani sawit dirasa menjadi yang paling sengsara menghadapi situasi pelemahan harga pasaran saat ini. Apalagi harga bahan baku minyak atau crude palm oil (CPO) yang diambil dari tandan buah segar (TBS) terus turun.

Ditambah adanya pelarangan dan pembatasan ekspor TBS Maret 2022 lalu, membuat komoditas pertanian ini hanya dihargai Rp1,875,- perkilogram jauh dari negara tetangga, Malaysia, yang membelinya di harga Rp 5,500 perkilogram.

Kajian mendalam dilakukan pemerintah maupun pemerintah daerah khususnya untuk mengatasi hal ini. Namun dari kajian tersebut ditemui permasalahan umum salah satunya adalah keterbatasan kapasitas atau penuhnya tangki penampungan CPO akibat pembatasan keran ekspor.

Banyak diketahui petani kelapa sawit kita masih bergantung kepada pabrik kelapa sawit besar untuk mengolah hasil kebun. Hal ini merupakan masalah yang menekan pendapatan, namun ketersediaaan pabrik minyak sawit mini membuka kemungkinan mengatasi permasalahan tersebut.

Perkebunan petani, termasuk petani swadaya, saat ini 40 persen dari luasan total perkebunan kelapa sawit di Indonesia, pada umumnya tersebar dan tidak berada dekat pusat-pusat pengolahan kelapa sawit. Biasanya berlokasi di tengah atau di dekat perkebunan perusahaan besar.

Pabrik sawit mini memungkinkan lebih banyak pusat pengolahan kelapa sawit didirikan dan mendekati perkebunan petani swadaya hingga tidak saja mengurangi biaya transportasi tetapi juga memberikan pilihan harga jual bagi petani.

Pabrik mini memang hanya memiliki kapasitas hingga lima ton per jamnya. Namun dapat menghasilkan CPO yang memenuhi standar kualitas ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil) serta dapat dioperasikan oleh hanya lima orang.

Namun terdapat beberapa kendala bagi pembangunan pabrik mini, di antaranya ketersediaan listrik yang belum memadai, pendanaan hingga kurangnya edukasi para petani lokal.

Meski demikian, diharap penggunaan pabrik mini dapat menjadi pilihan pengolahan TBS dari pada harus menunggu kepastian pemerintah dan membuangnya dengan mubazir.

Selain itu petani sawit juga dapat melakukan pengolahan secara mandiri atau pembuatan minyak kelapa sawit rumahan. Berikut, penulis paparkan pengolahannya yang mungkin dapat dicoba para petani sawit di Bengkulu; 

Ternyata dari pabrik pengolahan sawit mandiri ini juga BISA dihasilkan minyak sawit.

Namun pertanyaannya, apakah kualitas minyak sawit yang dihasilkan sama seperti CPO (Crude Palm Oil) atau minyak goreng hasil refinery ?

Hal ini masih perlu di diskusikan lebih lanjut.

Secara sederhana, pengolahan sawit menjadi minyak memiliki tahapan berikut :

Angkutan sawit : dapat dilakukan secara mekanis dengan truk, maupun secara manual dengan orang.

Pemisahan brondolan dari janjang (untuk mendapatkan brondol dengan kandungan minyak terbesar) : dilakukan sebelum perebusan. Brondolan dikumpul sendiri dan janjang yang belum rontok brondolannya dikumpul sendiri. Khusus untuk janjang yg belum rontok brondolannya dapat dilakukan setelah perebusan.

Pemisahan kulit buah (mesocarp) dari cangkang (minyak sawit hanya terdapat di kulit buah) : dilakukan dengan pemipihan secara manual. Hasil pemipihan dikumpulkan dalam tempat khusus supaya minyaknya tidak tercecer.

Press kulit buah (untuk mendapatkan minyak sawit) : dilakukan dengan mesin press manual maupun mesin press mekanik. Proses press dapat dilakukan berulang.

Pemurnian minyak sawit : dapat dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis, dimana air berada dibawah dan minyak sawit berada diatas.

Dilihat dari gambar diatas, hasil pengolahan minyak sawit mandiri memiliki warna merah (red virgin palm oil).

Jika kita telusuri di internet dengan kata kunci “red virgin palm oil” maka muncullah gambaran produk yang dijual berbasis minyak merah sawit.

Dari hasil penelusuran ini, ternyata pohon industru atau produk dari tandan buah segar tidak hanya CPO (crude palm oil) seperti yang selama ini dikenal, tetapi juga Red Virgin Palm Oil (RVPO). Pembedanya adalah di cara pengolahannya saja. CPO diolah di pabrik yang modern, sedangkan RVPO dapat diolah secara mandiri dan sederhana.

Hal ini tentu memancing imajinasi kita selaku Planter, apakah RVPO bisa dihasilkan dari kebun sawit rakyat (PSR) ?

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *