Bali – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) menyebut bahwa Desa Wisata Jatiluwih merupakan representasi dari pengembangan wisata berkelanjutan di Indonesia. Julukan ini bukan tanpa alasan, mengingat desa wisata satu ini memiliki sistem pengelolaan pariwisata dan ekonomi kreatif yang sangat matang.
Berada di daerah dataran tinggi yang dikelilingi pegunungan serta area pertanian membuat Desa Wisata Jatiluwih unggul secara panorama alam. Keindahan alam inilah yang menjadi salah satu daya tarik wisata Desa Jatiluwih. Tak heran, tercatat lebih 1.000 per hari mengunjungi desa wisata ini sebelum pandemi.
Meski belum pulih total, namun sejak Mei 2022, jumlah kunjungan wisatawan sudah berangsur naik, dan mencapai 400-500 per hari. Jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan penurunan angka penularan COVID-19 di Indonesia.
Desa Wisata Jatiluwih sendiri berada di Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. Dari sekian banyak desa wisata di Indonesia, apa yang membuat Desa Wisata Jatiluwih spesial?
Keunikan Desa Wisata Jatiluwih
Desa Wisata Jatiluwih dikenal luas karena keberadaan sistem subak di persawahan. Subak berfungsi untuk mengatur sistem irigasi sawah secara tradisional. Menariknya, sistem subak di Desa Wisata Jatiluwih ini telah ditetapkan UNESCO sebagai warisan budaya tak benda pada 2012.
Selain berfungsi sebagai irigasi sawah, subak di Jatiluwih juga menjadi daya tarik wisata bagi para wisatawan yang datang. Karena wisatawan dapat berswafoto dengan latar belakang area persawahan berundak-undak dari area perbukitan yang agak tinggi.
Karena mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah petani, produk unggulan di Desa Wisata Jatiluwih juga tidak jauh dari hasil pertanian, seperti beras merah, kopi, durian, ketela, hingga talas.
Selain melakukan jelajah desa, Sobat Parekraf juga bisa melakukan berbagai atraksi wisata edukatif lainnya di Desa Wisata Jatiluwih. Berikut berbagai aktivitas seru di Desa Wisata Jatiluwih:
Belajar bertani
Cara menikmati keindahan area persawahan di Desa Wisata Jatiluwih tidak hanya berswafoto, tetapi juga terjun langsung untuk belajar bertani. Masyarakat setempat menawarkan pembelajaran terkait pertanian, subak, dan aktivitas lainnya sebagai paket wisata. Wisata edukasi ini sangat cocok jika Sobat Parekraf berkunjung bersama anak-anak.
Berkunjung ke pura kuno
Salah satu wisata budaya di Desa Wisata Jatiluwih bisa Sobat Parekraf lakukan di Pura Luhur Sri Rambut Sedana. Pura yang tidak jauh dari area persawahan ini telah ada sejak zaman dahulu. Berada di ketinggian 700 mdpl, udara di sekitar Pura Luhur Sri Rambut Sedana terbilang sangat sejuk.
Beli oleh-oleh beras merah
Tentunya berwisata tidak akan lengkap tanpa membawa buah tangan. Salah satu produk andalan yang dapat dibawa pulang adalah beras merah khas Desa Jatiluwih. Beras ini punya aroma dan rasa yang berbeda dibandingkan dengan beras merah pada umumnya.
Yuk, agendakan berlibur ke Desa Wisata Jatiluwih. Dari arah Pantai Kuta, desa wisata ini hanya membutuhkan waktu tempuh 1 jam 50 menit, dengan jarak tempuh 54 kilometer.
***
Lanskap Pesona Keindahan Desa Wisata Jatiluwih. (Foto: Pesona.Travel/MikeNaftali).