Lombok – Air sebening kristal, pulau kecil membelah lautan, sungai mengalir diantara rimbun hutan mangrove, dan Ikan warna-warni berenang mengitari perahu. Itulah gambaran sederhana tentang Gili Petagan, di Kabupaten Lombok Timur.
Dapat undangan dari salah seorang putra Sambelia untuk mengeksplorasi keindahan Gili Gili di ujung Timur selatan pulau Lombok.
Kami berangkat dari Kota Mataram dan menempuh sekitar 3 jam perjalanan menuju Desa Labuhan Pandan di Sambelia. Di dalam perjalanan kami menyempatkan mampir di Pringgabaya untuk berfoto di Pohon Lian Purba yang berjejer di pinggir jalan raya utama. Jarak Pohon Lian Purba menuju Labuan Pandan hanya sekitar 20 menit perjalanan berkendara.
Begitu tiba di Desa Labuan Pandan, kami menginap di Hotel Dewi Tunjung Biru. Sebuah hotel melati yang memiliki sekitar 12 kamar, sebuah Mushalla dan restoran kecil untuk sarapan. Di sekitar juga terdapat sejumlah cottage atau pondok wisata. Buat yang memiliki budget lebih, bisa menginap di Pondok Siola yang berada tepat di pinggir pantai.
Tiba di Labuan Pandan pada sore hari. Tak ingin membuang waktu, setelah check in di hotel, langsung menuju pantai untuk menikmati senja. Suasana pantai Labuan Pandan sangat sepi, garis pantainya cukup panjang, pasirnya berwarna coklat gelap, di pagari banyak pohon pandan berduri, tanaman sejenis randu, dan barisan pohon kelapa. Suasananya cukup menenangkan bagi yang suka menyendirimenyendiri seperti saya, hehe
Langit sore itu agak berkabut, Matahari tak dapat dlihat dengan sempurna. Tetapi bias sinarnya yang terpantul di atas permukaan air laut dengan latar Gili dan daratan pulau Sumbawa cukup membuat kami merasa puas.
Pada malam hari, suasana kehidupan di Desa ini terasa mati, suasananya hening dan sunyi. Tidak banyak aktifitas yang bisa dilakukan, selain bersantai di hotel atau berkunjung ke rumah warga untuk mendengar cerita cerita menarik dari mereka sambil menikmati kopi.
Meskipun kalian warga asli Lombok, usahakan untuk menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dengan warga di Labuan Pandan. Karena jangan sampai kalian pusing dibalas menggunakan Bahasa Sasak yang dicampur Bahasa Bugis.
Seperti daerah pesisir lainnya, Masyarakat Labuan Pandan juga banyak yang keturunan Suku Bajo atau Bugis. Adakah orang yang bisa memahami lautan lebih baik daripada mereka? Jadi, berkunjung ke rumah warga di pesisir bisa menambah pengetahuan kita tentang kehidupan laut dan tata cara bersikap ketika mengarungi lautan.
Keesokan harinya, kami semua bangun sangat pagi. Setelah sarapan, kami berjalan kaki dari hotel menuju ke pantai Labuan Pandan untuk memulai penjelajahan. Di sana perahu telah stand by menunggu kami.
Setelah berlayar sekitar 20 menit, kami tiba di Gili pertama, yaitu Gili Bidara. Kesan pertama kami terhadap Gili ini adalah warna airnya yang benar benar biru toska dan jernih, kemudian di beberapa sisi berwarna biru kehijauan, warna pasirnya juga putih agak kemerahan.
Kamipun tak membuang waktu untuk menyelami keindahan bawah laut dari Gili yang terkenal sebagai salah satu spot snorkeling terbaik diantara 7 gugusan Gili di Sambelia. Dan betul sekali, terumbu karangnya sangat indah dan beraneka warna, ikannya juga sangat beragam.
Puas menyelam, kami menyempatkan melihat lihat sekitar, ternyata di Gili Bidara ada beberapa Gubuk bambu berpenghuni. Penghuninya menyapa kami dengan sangat ramah dan bahkan menawarkan kami ubi jalar sebagai hasil pertanian di sana.
Dari Gili Bidara kami lanjut ke Gili Kapal. Jaraknya hanya sekitar 10 menit dari Bidara. Begitu tiba, kami disambut oleh ratusan ekor burung bangau putih. Sayangnya, mungkin karena malu, mereka semua pergi sebelum kami sempat menghidupkan kamera.
Gili ini berukuran hampir sama dengan Gili Pasir di Tanjung Luar. Hanya saja buliran pasir Gili Kapal sedikit lebih besar dan kembali warna airnya bagaikan zamrud.
Dari Gili Kapal kemudian kami mampir di Gili Kondo. Memiliki ukuran sedikit lebih besar dari Gili Bidara, Gili Kondo menawarkan keindahan yang kurang lebih sama dengan Gili Bidara. Disini kami hanya berjalan mengelilingi pantai dan berfoto dengan latar daratan pulau Sumbawa yang terlihat sangat dekat.
Sebelum kembali ke Labuhan Pandan, Perahu kami mampir di Gili Petagan. Bagi kami, ini adalah akhir dari sebuah perjalanan yang sempurna.
Tidak seperti tiga Gili yang kami kunjungi sebelumnya, Gili Petagan nyaris tak berpasir. Hampir semua sisinya dipenuhi tanaman mangrove yang lebat dan hijau.
Menyisir laut diantara rimbun hutan mangrove membawa kami pada nuansa Amazon yang mengagumkan. Dari atas perahu kita bisa melihat aneka ikan menyapa dari dalam air. Begitu perahu mencapai ujung pulau, jarak bakau semakin merenggang dan kamipun merasa seperti memasuki lautan lepas.
Suatu saat, aku mudah-mudahan akan kembali lagi untuk eksplorasi 7 Gili cantik yang memagari lautan Sambelia.
#LombokFriendly
***
Bagus Sle