Berita Ekonomi, Bisnis, Hiburan dan Wisata Indonesia Terbaru dan Terpopuler.

Anak-anak Gelombang Bagian 2: Di Sudut Pasar

pasar
pasar

Randu. Panas membakar di sudut sebuah bangunan di pinggir pasar ikan. Empat orang remaja pria usia tujuh belasan, sibuk menenggak tuak di siang yang panas. Wajah belia mereka sudah memerah. Di sekitar mereka banyak berserakan bungkus obat sakit kepala berwarna oranye.

Mereka sudah menelan paling tidak 20 butir obat kimia tersebut masing-masing perorang. Ditambah dengan tuak, maka mereka akan cepat mencapai situasi yang mereka inginkan

Bukan, bukan sepenuhnya keempat orang itu adalah remaja laki-laki. Salah satunya adalah perempuan dengan gaya dan tingkah laku bagai pria.

“Val, jadilah. Nanti kamu mabuk berat.”

Yoyog, si hitam manis mencegah tangan Reval ketika akan memasukkan 10 butir lagi obat sakit kepala ke mulutnya. Reval, si tomboy tidak perduli.

“Biarlah jok, aku memang mau mabuk. Kalau bisa 3 hari 3 malam tidak sadar. Aku sudah muak dengan kenyataan yang aku hadapi.”

Baca Sebelumnya : Anak-anak Gelombang 

“Sudahlah jok… Kita semua punya masalah masing-masing. Kamu tau kan kalau aku mabuk ini untuk melupakan bagaimana penghianatan ibuku pada ayahku? Pergi dengan laki-laki lain di saat ayahku sedang berjuang mengarungi gelombang untuk memenuhi kebutuhan kami?”

“Ai diam la kamu, jok. Tambah pusing aku ni.” Kiki, yang bertubuh paling kecil di antara mereka menimpali dengan kasar kalimat Yoyog.

Yoyog, remaja yang melankolis akhirnya menangis ketika mengingat itu semua. Terutama saat dia berusia dua tahun dititipkan oleh sang ibu kepada neneknya. Karena sang ibu yang masih berusia 16 tahun tidak bisa dan tidak mau merawat sang anak. Sang ibu masih ingin bermain dengan teman-temannya.

Kepalanya yang berat dia sandarkan ke dinding di belakangnya.

Reval sudah menelan 10 butir samkodin dengan bantuan minuman energi gelasan. Dia ikut bersandar di dinding.

Kiki menyeruput tuak dalam plastik dengan pipet. Seteguk, dua teguk…hingga sepuluh tegukan di antara semua dia yang paling mabuk.

Tadi pagi dia baru saja mendarat dari melaut selama lebih dari dua minggu. Begitu menginjakkan kaki di pintu rumah, dia mendengar keributan antara ayah tirinya dan sang ibu. Entah apa saja yang diributkan. Tapi yang terdengar jelas adalah sang ayah tiri keberatan dengan keberadaannya di rumah tersebut.

Kiki mengurungkan niatnya untuk masuk rumah. Ikan yang dia bawa ditinggalkan begitu saja di depan pintu. Selanjutnya dia ingin mabuk saja.

Di sini, di depan teman-temannya dia memendam apa yang dia dengarkan tadi pagi.

Reval mulai meracau. Perempuan berpenampilan laki-laki ini juga memiliki kisah yang pilu. Sejak kelas tiga SD dia sudah mengalami kekerasan seksual dari orang-orang sekelilingnya. Bahkan dari teman ayahnya. Setelah selesai, orang-orang bejad itu memberi uang pada korbannya yang masih anak-anak.

Menginjak remaja dia mengubah penampilannya. Memotong pendek rambut, mengganti rok dengan celana pendek, dan blus dengan kemeja atau kaos oblong. Gadis cantik itu berubah menjadi pemuda tampan dan jarang mandi.

Melihat perubahan itu keluarga dan tetangga geger. Dari perubahan itu sudah mulai berkurang kekerasan yang dia alami.

Dari tadi yang selalu kelihatan gelisah adalah Anto. Anak yang terusir dari kampung halamannya karena kebiasaan dia dan dua saudaranya, keduanya juga anak laki-laki, yang meresahkan warga sekitar. Di usia yang sangat belia mereka sudah menjadi pencuri yang handal disebabkan oleh kemiskinan keluarganya.

Dan kebiasaan itu masih berlanjut di kampung mereka yang baru saat ini.

Dia sengaja untuk diam. Tidak ingin banyak bicara. Tubuh gempalnya di baringkan di sudut dinding. Sedikit menjauh dari tiga temannya.

Dia juga tidak ingin mabuk.

Matahari makin tinggi. Panasnya menyengat. Empat orang remaja itu mulai merebahkan tubuh di tanah yang kotor. Rimbun pohon menghalangi sinar matahari menerpa tubuh mereka.

Di depan mereka, pasar ikan sudah sepi. Kilau air laut yang memantulkan sinar matahari membuat silau mata yang memandang.

Aroma amis ikan bercampur dengan darah dan isi perut mahkluk laut tersebut menyeruak ke udara. Baunya membuat mau muntah bagi orang-orang yang belum terbiasa.

Kicau burung gereja bercicit di atas kepala, di antara ranting-ranting pohon.

Dari hp Yoyog menggelegar lagu-lagu DJ. Mengiring mereka ke tempat yang tinggi, tempat yang tidak dapat mereka sentuh.***

Bagus SLE, Barista dan cerpenis

banner 325x300

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *